Dua Pasang Hati

Jum'at, 14 Agustus 2015 - 09:53 WIB
Dua Pasang Hati
Dua Pasang Hati
A A A
Gadis cantik yang dulu pernah menjadi sahabatnya, dan dengan teganya dari belakang menusuk hati dan merebut Keenan dari tangannya.

Tangis Lara sudah tak bisa terbendung lagi, jadilah Echa yang malah bengong menyaksikan sahabatnya yang dikiranya kepedesan makan cabe terlalu banyak. ”Minum.. minum, Ra. Lo liat apa sih? Itu kan pacar barunya Keenan, biarin aja sih-” Belum sempat Echa berhasil membujuk Lara agar dia berhenti menangis, gadis itu malah beranjak pergi dari kursinya.

Luka hatinya tiba-tiba terukir kembali saat menyadari siapa sosok perempuan cantik itu. Dia dengan cepat berjalan menuju pintu luar, meninggalkan restoran itu. ”Eh, Lara! Lo mau kemana sih?” Echa juga ikut beranjak dari bangkunya, mengejar Lara. Keadaan ini mengingatkan dirinya atas kejadian beberapa bulan lalu, saat Lara juga melakukan hal yang sama.

Perempuan itu tampak mengerti akar masalah yang disebabkan oleh sahabat calon suaminya tersebut, dan dari perlakuan Lara inilah, semua tekateki yang dipertanyakan Echa terjawab. Walaupun begitu, Echa bisa ikut merasakan kesedihan yang menimpa sahabatnya, wajar sih kalo dia kurang bisa menerima keadaan sulit ini.

Dari arah yang berbeda, Keenan tersadar ketika dirinya mengetahui ada gadis yang sangat dikenalnya di restoran itu. Meski dia tidak memerhatikan rona wajahnya dari kejauhan, saat sekelibat bayangan tubuhnya berjalan ke arah luar, Keenan langsung paham siapa yang sejak tadi mengawasi pembicaraan pria itu dengan wanita yang pernah mengisi hatinya selama empat tahun itu.

”Nyari siapa, Nan?” Wanita itu tertegun, ketika mengawasi mata Keenan yang tampak jauh dari pandangan matanya. ”Nggak, nggak ada siapasiapa,” Keenan menepisnya. ”Makan, Fel. Makan.” Keenan mengalihkan perhatian wanita satu anak itu, agar tidak mencurigai dirinya. Untunglah dia tidak terlalu memerhatikan sosok yang sejak tadi memasang kuping, mendengar pembicaraan mereka.

Bias mata wanita bernama Felicia itu, sesungguhnya sedikit penasaran mengenai sesuatu yang memecah fokus pria berotak pintar itu, tetapi dia mengurungkan niatnya, daripada acara makan siangnya ini gagal total. ”Nan, apa aku boleh tanya soal seseorang?” tanya Feli hati-hati. Binar matanya menunjukkan penyesalan yang mendalam, saat mengenang perbuatannya pada sosok itu. ”Siapa?” tanya cowok itu dalam nada dingin.

”Apa belakangan ini kamu ketemu Lara?” Cowok itu terkesiap saat Feli mulai menanyakan soal Lara. Dia tahu betul beberapa tahun lalu tidak akur, karena dirinya. ”Aku ketemu dia di rumah sakit, beberapa bulan lalu.” Cowok itu sengaja tidak membeberkan kejadian lengkap yang selama ini terjadi antara dirinya dan yang bersangkutan.

Namun Feli paham betul gelagat Keenan yang seakan menutupi sesuatu dari dirinya. Begitu nama kawan lamanya disebut saja, Feli langsung tahu air muka cowok itu berubah sedikit murung. ”Nan, apa kamu udah minta maaf ke dia, soal hubungan kita sembilan tahun lalu?” ”Nggak ada yang perlu minta maaf atau dimaafin, Fel. Kita dulu pacaran kan karena kita saling sayang, kalo dia nggak bisa terima ya, itu urusannya dia.”

Ucapan Keenan itu sungguh mengagetkan Feli, dimatanya sosok Keenan yang dulu hangat kini mulai sirna, saat ia membahas masalah ini. Dari ucapannya, Feli tampak mengerti apa yang menimpa mantan kekasihnya ini, hingga ia lebih memilih bungkam soal Lara, daripada membahas soal gadis itu lebih jauh.

”Iya... Tapi, Nan..” ”Jangan bahas soal itu ya, Fel? Bisa kan?” potong Keenan cepat, mata cowok itu menatap Feli hangat, persis ketika mereka masih berpacaran. Feli cuma bisa mendesah nafas panjang bingung, meski dia tahu apa yang terjadi antara Lara dan pria itu, ia menghargai keputusan Keenan yang sepertinya ingin menjauhi masalah soal Lara. ”Hmm...Fel, kamu sekarang udah nikah?”

Cowok itu bertanya lembut. Tetapi binar mata perempuan itu memancarkan kesedihan yang mendalam, saat ia harus berusaha menutupi apa yang sebenarnya terjadi dari Keenan. Namun bagaimanapun, masalah pribadi ini adalah pembelajaran penting dalam fase hidupnya. (bersambung)

VANIA M. BERNADETTE
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0726 seconds (0.1#10.140)